TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DI BLOG INI

Senin, 06 September 2010

BIOGRAFI Shafiya bint huyay ( istri Rasulullah ke 9 )


Di kisah lain, kita baca bahwa “Setelah Muhammad menyerbu benteng2 pertahanan kota Kheibar dan masyarakat tak bersenjata disergap, prajurit2 Muslim membunuh banyak orang sampai mereka menyerah. Muhammad mengijinkan mereka meninggalkan tempat tinggalnya, tapi mereka harus menyerahkan harta benda mereka kepada penakluk. Dengan beberapa orang, datanglah ke muka Kinana, ketua kaum Yahudi di Kheibar dan keponakannya.
Muhammad menuduh mereka berdua melanggar persetujuan, dengan menyembunyikan harta, terutama kekayaan Bani Nadhir, yang dimiliki Kinana sebagai bagian perkawinan dengan istrinya, Safiyah yang adalah anak ketua suku Nadhir. “Di mana bejana2 emas,” tanya Nabi, “yang kau gunakan untuk dipinjamkan pada orang2 Mekah?” Mereka protes dan berkata mereka tidak punya itu lagi. “jika kau menyembunyikan apapun dariku, “ lanjut Muhammad, “dan aku mengetahui akan itu, maka nyawamu dan nyawa keluargamu akan kucabut.” Mereka berkata biarlah begitu. Seorang pengkhianat Yahudi membocorkan rahasia pada Muhammad tentang tempat di mana sebagian harta mereka disimpan. Dia pergi dan mendapatkannya. Setelah usaha penyembunyian harta ini diketahui, Kinana disiksa secara kejam, -- “api diletakkan di atas dadanya sampai dia hampir putus nafas, “ – dengan harapan dia mengatakan di mana sisa hartanya disembunyikan. Muhammad lalu memberi perintah, dan kepala dua kepala suku Yahudi dipancung.” [Tabari] Dikisahkan oleh 'Abdul 'Aziz: Anas berkata, 'Ketika Rasul Allah menyerang Khaibar, kami melakukan sembahyang subuh ketika hari masih gelap. Sang Nabi berjalan menunggang kuda dan Abu Talha berjalan menunggang kuda pula dan aku menunggang kuda di belakang Abu Talha. Sang Nabi melewati jalan ke Khaibar dengan cepat dan lututku menyentuh paha sang Nabi. Dia lalu menyingkapkan pahanya dan kulihat warna putih di pahanya. Ketika dia memasuki kota, dia berkata, ‘Allahu Akbar! Khaibar telah hancur. Ketika kita mendekati suatu negara maka kemalangan menjadi pagi hari bagi mereka yang telah diperingatkan.’ Dia mengulangi kalimat ini tiga kali. Orang2 ke luar untuk bekerja dan beberapa berkata, ‘Muhammad (telah datang)’ (Beberapa kawan kami berkata, “Dengan tentaranya.”) Kami menaklukkan Khaibar, menangkap para tawanan, dan hartabenda rampasan dikumpulkan. Dihya datang dan berkata, ‘O Nabi Allah! Berikan aku seorang budak wanita dari para tawanan.’ Sang Nabi berkata, ‘Pergilah dan ambil budak mana saja.’ Dia mengambil Safiya bint Huyai. Seorang datang pada sang Nabi dan berkata, ‘O Rasul Allah! Kauberikan Safiya bint Huyai pada Dihya dan dia adalah yang tercantik dari suku2 Quraiza dan An-Nadir dan dia layak bagimu seorang.’ Maka sang Nabi berkata,’Bawa dia (Dihya) beserta Safiya.’ Lalu Dihya datang bersama Safiya dan ketika sang Nabi melihatnya (Safiya), dia berkata pada Dihya,’Ambil budak wanita mana saja lainnya dari para tawanan.’ Anas menambahkan: sang Nabi lalu membebaskannya dan mengawininya.”
Thabit bertanya pada Anas,”O Abu Hamza! Apa yang dibayar sang Nabi sebagai maharnya?” Dia menjawab, “Dirinya sendiri adalah maharnya karena dia telah membebaskannya (dari status budak) dan lalu mengawininya.” Anas menambahkan, “Di perjalanan, Um Sulaim mendandaninya untuk (upacara) pernikahan dan malam ini Um Sulaim mengantar Safiya sebagai pengantin sang Nabi. (Sahih Bukhari 1.367)

Dari Hadis di atas kita mengetahui bahwa penyerangan terhadap Khaibar merupakan serangan mendadak. Orang2 kota tidak diperingatkan lebih dahulu dan mereka tidak siap menghadapi serangan ini. Ini memang kebiasaan sang Nabi untuk tidak membiarkan korbannya membela diri. Dia akan menyerang mereka tidak dengan cara ksatria dan tanpa peringatan. Pada kenyataannya nama Quzvah berarti “serangan mendadak”. Khaibar tidak melanggar perjanjian apapun dengan Nabi, dan tidak ada tanda2 apapun bahwa mereka membahayakan kedudukan orang2 Muslim. Satu2nya alasan sang Nabi menyerang kota ini, membunuh siapa saja yang berdiri di jalannya dan merampas wanita yang tercantik sebagai budak pemuas seks-nya adalah karena dia menginginkan kekayaan masyarakat kota ini.
Sang Nabi menyerang Kheibar, memperbudak Safiyah dan memperkosanya di hari yang sama dia membunuh suami, ayah, dan saudara2 Safiyah. Beginikah seharusnya tingkah laku seorang utusan Tuhan?
Safiyah adalah anak kepala suku orang Yahudi yang dikenal sebagai Bani Nadir. Nama ayahnya adalah Huyah ibn Akhtab. Bani Nadir diusir paksa oleh sang Nabi untuk meninggalkan tanah Arab. Sisa Bani Nadir dan keluarga Huyah ibn Akhtab melarikan diri ke tempat Bani Qurayza. Tapi Muhammad bersama tentaranya datang pula ke sana dan menyerang mereka semua.

Ayah Safiyah, Huyah ibn Akhtab, dipancung kepalanya karena menolak masuk Islam. Suami Safiyah pun dipancung. Pada hari itu sekitar 600-900 orang Yahudi dipancung kepalanya oleh Muhammad and the gang.

Sewaktu Muhammad melihat Safiyah yang cantik luar biasa, dia pun mengambilnya untuk melayani nafsu berahinya malam itu juga. Dinarasikan oleh 'Abdul 'Aziz: "Kata Anas, ketika nabi menyerbu Khaibar orang2 di kota berseru “Muhamad dan pasukannya datang”. Kami mengalahkan mereka semua, menjadikan mereka tawanan dan harta rampokan dikumpulkan. Nabi membunuh para pria yang melawan, membantai anak-anak keturunan merekan dan mengumpulkan para wanita menjadi tawanan (Sahih Bukhari V.5 B.59 N.512).

"budak" tawanan wanita dibagi2 kepada masing2 anggota geng muhammad, namun karena Safiyah yang tercantik dan seorang anak kepala suku, maka ia dibawa kehadapan Muhammad sebagai kepala geng. Ketua Geng yang kemudian birahi melihat kecantikan Safiyah, kemudian memutuskan untuk menambah koleksi "petutup sarung"-nya, dinikahi tanpa mahar, dan Safiyah digauli malam itu juga. Malam dimana anggota sukunya, keluarga, dan suaminya baru saja terbunuh oleh pasukan muslim Muhammad.

Thabit lalu bertanya pada Anas, “apa mahar yang diberikan sebagai mas kawinnya?” Ia berkata” dirinya sendiri merupakan mahar yang harus dibayar" ketika nabi menikahinya. Di perjalanan Um Sulaim mendandaninya untuk upacara pernikahan, dan malamnya ia langsung diantar sebagai pengantin untuk nabi.” (Sahih Bukhari 1.367)



Tidak ada komentar: